Rabu, 04 Januari 2012

AQUACULTURE BIOINFORMATIC


Tema posting kali ini masih terkait BIOINFORMATIKA pada posting saya sebelumnya. Jika pada posting sebelumnya, saya mengangkat pengulasan tentang aplikasi PCR yang penerapannya terkait dengan sekuensing DNA dan selanjutnya terus dilakukan perkembangan teknologi biologi molekuler. Kali ini saya mengulas salah satu contoh lain dari penggunaan teknologi biomolekuler yang diterapkan dengan sistem bioinformatika terkait dunia perikanan-akuakultur- yaitu DNA marker atau penciri DNA. DNA marker adalah susunan DNA yang digunakan untuk pembeda individu/populasi satu dengan lainnya. Melalui penggunaan teknik molekuler, contoh penciri DNA yang sangat populer adalah minisatelit, mikrosatelit, VNTR, STS, SSCP, RAPD, dll. Selengkapnya KLIK

Upaya-upaya tersebut dilakukan dalam akuakultur dilakukan untuk peningkatan produksi dan hasil yang optimal. Berikut ini jurnal yang saya ulas "Microsatellite DNA polymorphisms and the relation with body weight in sea cucumber (Aphostichopus japonicus)". Teripang (Apostichopus japonicas) merupakan spesies ekonomi penting di Cina. Korea, jepang hingga rusia. Hal tersebut mendorong adanya upaya lebih lanjut untuk terus meningkatkan produksi dari budidaya teripang ini. 

Dengan adanya PCR, teknologi DNA mikrosatelit sebagai penanda genetik meningkat. Namun studi DNA mikrosatellit pada terima masih sedikit.dalam penelitian ini terkait korelasi antara polimorfisme mikrosatelit terhadap biomassa,untuk identifikasi tanda-tanda genetic pada spesies tsb. Bahan yang digunakan adalah dua populasi induk A. japonicas dari dua tempat. Populasi I dari phytotrone Lab. Pertanian Perikanan Univ. Dalian. Populasi II dari phytotrone Group Perikanan Pulau Zhangzi. Kedua populasi dibudidayakan indoor, pada kolam semen. Metoda yang dilakukan juga menggunakan PCR. Produk PCR yang dihasilkan kemudian disesuaika dengan urutan data dari NCBI. Setelah proses selasai, data diproses secara analisis statistic. Hal tersebut dilakuakn untuk membuat data matriks yang dijabarkan menggunakan perangkat lunak yaitu Popgene 1.32. Matriks mikrosatelit kemudian dianalisis  dengan pengamatan jumlah alelnya.

Hasil yang didapat dari interaksi mikrosatelit dan biomasa A. japonicus yaitu dengan lokus AJ02 dan AJ04 lokus signifikan berkorelasi dengan biomasa  pada kedua populasi namun pada lokus AJ07 dan AJ09 hanya pada populasi A berkorelasi, sementara pada populasi B tidak berkorelasi. Hal tersebut bisa didasari karena latar genetik kedua populasi tersebut berbeda.

Kesimpulan yang didapat 7 lokus yang dikembangkan memiliki nilai nilai PIC >0,5. Yaitu AJ02 dan AJ04, dan dapat digunakan sebagai DNA marker untuk calon induk yang baik. Selain itu penelitian ini juga telah memberika informasi baru untuk biomolekuler pada pengembangbiakan A. japonicas kedepannya. selengkapnya dapat dilihat pada >>> jurnal.
 
sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar