Jumat, 30 Desember 2011

bioinformatika (II)


Materi ini masih terkait dengan  bioinformatika, bioinformatika merupakan aplikasi teknologi komputer untuk manajemen informasi biologi. Komputer berfungsi untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis dan mengintegrasikan informasi biologis dan genetik yang kemudian dapat diterapkan pada gen berbasis penemuan obat dan pengembangan (Uraian selengkapnya). berbicara tentang bioinformatika dalam bidang akuakultur terkait dengan gen atau analisis DNA kultivan dan penyakit yang paling meresahkan adalah disebabkan oleh virus

 Salah satu contoh aplikasi yang sering sekali diterapkan adalah penggunaan PCR pada pendeteksian penyakit pada udang, yang merupakan kultivan ekonomis penting. Bioinformatikan tidak hanya diterapkan dalam aplikasi PCR. Namun yang saya ulas kali ini meliputi upaya lain dalam penyediaan induk yang baik agar dapat menghasilkan keturunan atau produk benih yang unggul. Jurnal yang saya coba ulas kali ini berjudul “Skrining Induk Udang Windu dengan Analisis PCR dalam Rangka Menunjang Program NSBC”.

Skrining dilakukan untuk pemeriksaan terhadap suatu sampel untuk mengetahui karakteristik tertentu atau penyakit tertentu sehingga sampel objek dapat diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit. Hal tersebut dilakukan dalam upaya pengendalian penyakit. Seperti yang kita ketahui, dalam budidaya udang identik dengan serangan WSSV. Sehingga pada jurnal tersebut diterapkan budidaya udang secara tertutup untuk memutus siklus hidup virus, dan menggunakan benih SPF (Specifis Pathogen Free). Dalam penelitian ini BBPBAP Jepara sebagai UPT dipilih sebagai sentra pembenihan udang secara nasional. dan untuk mendapatkan benih yang sehat atau bebas virus dilakukan skrining dimulai dari induk. metode yang digunakan iyahlah pengambilan sampel hemolimfe dari udang yang baru datang (sampel diambil dari beberapa lokasi :NAD, Pangadaran dan NTB) sebanyak 2ml per indiv. dengan menggunakan nested PCR (seperti yang telah dijelaskan pada posting saya sebelumnya tentang keunggulan nested PCR). Tahapan yang dilakukan meliputi :1.Preparasi DNA dengan fenol (standart OIE 2003, chapter 4.1.2); 2. preparasi untuk amplifikasi PCR ; 3. elektroforesis. Hasil yang didapat adalah sampel udang windu NAD paling sedikit terdeteksi WSSV, dibandingkan dengan sampel dari daerah lainnya. jadi untuk induk yang baik dengan SPF, dapat digunakan induk yang berasal dari NAD, karena ketahanan terhadap virus relatif lebih baik. untuk prosedur secara lengkap dapat dilihat pada  JURNAL

sumber:

Kamis, 15 Desember 2011

SIG,INDRAJA terkait bidang PERIKANAN

Bahasan materi yang dapat dibagi kali ini adalah seputar SIG, INDRAJA serta peranannya terkait bidang perikanan. Apakah yang dimaksud SIG? INDRAJA?...Berikut saya mencoba untuk sedikit memaparkan dan memberikan contoh terapannya.

SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sebuah sistem yang penerapannya terkait dengan teknologi spasial atau geografi yang berorientasi pada penggunaan data spasial dan dipadukan dengan data teks.  

Menurut Aronaff, 1989.
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian : sumber.
Uraian selanjutnya dari SIG sendiri kini kian berkembang, dan dapat dilihat pada link ini.

 INDRAJA atau lebih dikenal dengan pengindraan jarak jauh merupakan ilmu atau cara merekam suatu objek tanpa kontak fisik menggunakan alat pada pesawa terbang, balon udara, satelit dsb. Referensi indraja menurut para ahli dapat dilihat pada link ini.
Berikut adalah sebuah jurnal yang merupakan contoh dari peranan SIG, INDRAJA pada bidang PERIKANAN >>>> jurnal
Jurnal tersebut berjudul "Pemanfaatan Pengindraan Jarak Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Manajemen Sumber Daya Perikanan Budidaya di Indonesia''.
ulasan : Perikanan budidaya di Indonesia memiliki potensi besar, karena didukung oleh letak geografis dari wilayah indonesia sendiri. pada perkembangannya saat ini perikananan budidaya (selanjutnya saya sebut akuakultur) memberika dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan sumber daya alam yang ada (konversi lahan, kerusakan ekosistem, hingga konflik kepentingan golongan atau pribadi). tentunya hal-hal tersebut perlu diperhatikan dengan adanya perencanaan dan pengelolaan yang baik untuk keberlanjutan kegiatan akuakultur tersebut. peranan indraja dan SIG adalah data yang dihasilkan berupa data digital, pemantaua dapat dilakukan berulang, cakupan lokasi luas, data yang diperoleh lebih banyak dan lebih detail dibanding dengan data yang diambil secara lapang. kontribusi SIG dan indraja adalah dalam penentuan wilayah budidaya atau lokasi, kualitas perairan serta infrastruktur perikanannya. 

Terapan SIG terdapat 2 jenis format data yang dapat diintregasikan ke dalam SIG yaitu vektor dan raster, data tersebut berbeda dalam tampilan dan penyimpanannya. tahapan analisis SIG dimulai dari identifikas tujuan penelitian, formulasi rencana, membuat framework analisis, mencari sumber data, menyusun dan manipulasi data input, analisis data dan verikasi output kemudian evaluasi. contoh perangkat lunaknya adalah vektor titik dan raster pixel. Sementara itu tahapan umum dari proses analisis data indraja dimulai dari penentuan topik, pengumpulan data, analisis data, hingga hasil analisis. salah satu contoh alat yang dekat penerapannya dengan akuakultur adalah GPS (Global Positioning System). GPS diguanakan untuk pemetaan lokasi sebuah wadah budidaya, misalkan untuk lokasi tambak. saat ini pun telah banyak berkembang perangkat lunak untuk mendukung analisis data indraja,contohnya ERDAS emagine (komersial), spring (free) dll.

Aplikasi dari SIG dan INDRAJA berupa penerapan : pemetaan perubahan lahan, pemantauan linkungan, pemetaan kelayakan lahan. pemilihandatanya tentu saja bergatung kepada topik yang diambil, demi keberlangsungan dan kelanjutan akuakulture.

sekian dari ulasan saya, kurang lebihnya mohon maaf..selengakpanya dapat dilihat pada jurnal.......semoga bermanfaat :)

sumber: